Fenomena Transformasi Agile: Alasan Mengapa Banyak Perusahaan Beralih Menjadi Agile?

Share article

Fenomena Transformasi Agile: Alasan Mengapa Banyak Perusahaan Beralih Menjadi Agile? ~ Eko.co.id. Seperti yang kita lihat dalam beberapa tahun terakhir, fenomena transformasi agile (agile transformation) telah menjamur di berbagai perusahaan, baik itu startup swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tren ini tidak hanya terlihat pada perusahaan teknologi besar seperti Gojek dan Tokopedia, tetapi juga pada berbagai industri lainnya. Apa yang memicu banyak perusahaan untuk beralih ke pendekatan agile?

Baca juga: Rahasia di Balik Keberhasilan Pengembangan RPL: Panduan Lengkap Scrum

Dua Sudut Pandang Transformasi Agile

Pertama, peningkatan adopsi teknologi selama pandemi COVID-19 telah mempercepat kebutuhan perusahaan untuk menjadi lebih adaptif dan responsif. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, seperti pandemi, banyak aktivitas yang sebelumnya dilakukan secara fisik beralih ke platform digital. Misalnya, belanja online, konsultasi dokter secara daring, dan perkuliahan online telah menjadi norma baru. Startup yang “lahir agile” telah menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat, memberikan layanan yang tetap optimal meskipun dalam kondisi yang berubah-ubah.

Kedua, kehidupan modern yang dipenuhi dengan ketidakpastian menuntut organisasi untuk lebih fleksibel. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan bisnis berisiko tertinggal. Oleh karena itu, menjadi agile menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini. Agile transformation memungkinkan perusahaan untuk merespons perubahan dengan lebih cepat, meningkatkan efisiensi, dan tetap kompetitif di pasar.

Baca juga: Pendekatan Agile di Perusahaan: Menjaga Fokus dan Disiplin dalam Siklus Cepat

Tantangan dalam Implementasi Agile

Namun, perjalanan menuju Agile tidaklah mudah, terutama bagi perusahaan yang tidak terlahir dengan budaya Agile. Banyak perusahaan besar yang telah lama berdiri justru memiliki birokrasi yang kompleks. Birokrasi ini seringkali menjadi penghambat dalam bergerak cepat dan beradaptasi dengan perubahan. Oleh karena itu, cita-cita menjadi perusahaan yang Agile harus diikuti dengan kemauan dari perusahaan untuk merubah kultur internal mereka.

Transformasi Agile tidak hanya membutuhkan perubahan struktur organisasi, tetapi juga perubahan budaya dan cara berpikir. Perusahaan harus siap untuk mengurangi birokrasi yang tidak perlu dan mendorong inovasi serta respons yang cepat terhadap perubahan pasar.

Baca juga: Mengenal Agile methodology: Sejarah, Pengertian, Prinsip dan Alasan Menggunakan Metode tersebut

Pendorong Transformasi Agile

Pertama, kita dapat melihat dari sudut pandang maraknya perusahaan startup yang diakuisisi oleh industri yang sudah mapan. Contohnya adalah Gojek dan Tokopedia yang telah menunjukkan bagaimana startup dapat beradaptasi dengan cepat dalam berbagai situasi. Di era pandemi, kebutuhan kita sangat terbantu oleh teknologi, seperti belanja online, konsultasi dokter secara online, hingga kuliah secara online. Sebelum pandemi, kegiatan-kegiatan ini masih banyak mengandalkan interaksi fisik.

Startup seperti Gojek dan Tokopedia sudah dilahirkan dengan DNA yang Agile. Mereka bagaikan kendaraan yang dapat berbelok cepat dan melakukan manuver dengan aman. Kemampuan ini memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan di tengah ketidakpastian.

Baca juga: Mengenal Model Spiral dalam Pengembangan Perangkat Lunak : Kelebihan dan Kekurangannya

Dari sudut pandang kedua, kehidupan kita saat ini dipenuhi dengan ketidakpastian. Pandemi telah membuat hidup kita menjadi sangat sulit untuk diprediksi, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari suatu organisasi atau perusahaan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi minggu depan, bulan depan, apalagi tahun depan. Terlalu banyak faktor yang bisa mempengaruhi rencana jangka panjang kita.

Menjadi Agile, atau Eiger, adalah strategi untuk menghadapi ketidakpastian ini. Harapannya, dengan menjadi Agile, perusahaan dapat lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan yang tidak terduga. Agile diharapkan menjadi kunci jawaban bagi kita semua dalam membuat strategi menghadapi ketidakpastian ini.

Baca juga: Perbedaan Penting Antara apt-get update, upgrade, dan dist-upgrade pada Linux

Masa Depan Transformasi Agile

Keinginan untuk menjadi Agile adalah harapan banyak perusahaan dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Transformasi ini diharapkan dapat membantu individu, organisasi, dan perusahaan untuk menyusun strategi yang lebih adaptif. Meski demikian, kesuksesan transformasi ini sangat bergantung pada kemampuan perusahaan untuk merubah budaya mereka dan berkomitmen penuh pada prinsip-prinsip Agile.

Transformasi Agile memang menjanjikan solusi untuk menghadapi ketidakpastian zaman, tetapi tidak ada jaminan bahwa semua perusahaan akan berhasil. Perusahaan yang mampu mengatasi tantangan dan beradaptasi dengan cepat akan mendapatkan keuntungan kompetitif yang signifikan.

Baca juga: Organisasi Berkas Dengan Banyak Key (Multi key Organization)

Fenomena transformasi Agile menjadi sorotan penting dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan yang ingin tetap relevan dan kompetitif di tengah ketidakpastian harus berani mengadopsi prinsip-prinsip Agile. Meskipun perjalanan ini penuh tantangan, komitmen untuk berubah dan beradaptasi akan menjadi kunci sukses di masa depan.

Terimakasih telah membaca Fenomena Transformasi Agile: Alasan Mengapa Banyak Perusahaan Beralih Menjadi Agile? semoga bisa bermanfaat dan jangan lupa baca berita lainnya di Eko.co.id – Pakar IT Jogja atau bisa juga baca berita kami di Google News Eko

Baca juga: Cara Mudah Install Linux Ubuntu di VirtualBox untuk Pemula

Share article
Mas Eko
Mas Eko

Hidup adalah sebuah perjalanan. Senyum adalah salah satu cara bersukur menikmati qadha dan qadar dari Allah.

Articles: 51

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *